Mommy's World

My world about breastfeeding and parenting

Nice to meet you!

Owner @AuraBatik | Mompreneur - Vlogger - Blogger - Loves Cooking & WomenPreneurCommunity | Coffee Addict | caroline.adenan@gmail.com
Oline

What Read Next

Masih Amankah Imunisasi Di Tengah Pandemi?


Rsanya di tengah pandemi begini, semua aktivitas yang mengharuskan kita keluar rumah, apalagi yang berhubungan dengan anak-anak dan rumah sakit, sering bikin kita was-was ya moms. Bagaimana kalau kita harus imunisasi anak? Sebaiknya ditunda, atau tetap dilanjutkan ya?

Nah, kali ini saya mencoba mengikuti kulwap yang diadakan oleh Orami Community, bertemakan, Masih Amankah Imunisasi di Tengah Pandemi Covid-19? Dan nara sumbernya adalah dr. Caessar Pronocitro, Sp. A., M. Sc.

Kebetulan juga kulwap yang saya ikuti kali ini adalah FREE, jadi ya sekalian aja deh saya share disini, siapa tau ada yang membutuhkan informasinya.

Sekilas tentang dr. Caessar Pronocitro


dr. Caessar Pronocitro, Sp. A., M. Sc. adalah dokter spesialis anak. Beliau merupakan lulusan dokter umum dari Universitas Gadjah Mada serta lulusan double degree spesialis anak dan magister ilmu kedokteran klinis dari Universitas Gadjah Mada. Saat ini dr. Caessar berpraktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dengan jadwal praktik Senin-Sabtu pukul 09.00 - 16.00. dr. Caessar juga merupakan anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia, narasumber dan editor medis KlikDokter.

Beberapa materi yang dibahas pada kulwap tersebut adalah :

1. Apa itu imunisasi dan perannya dalam sistem kekebalan tubuh?
2. Apa manfaat imunisasi bagi kesehatan?
3. Bagaimana sebaiknya pelaksanaan imunisasi di masa pandemi?

Oke dimulai dari materi pertama ya moms.

1. Apa itu imunisasi dan perannya dalam sistem kekebalan tubuh?


Imunisasi adalah suatu usaha pencegahan primer penyakit, dengan memasukkan “antigen” atau benda asing, berupa virus atau bakteri yang telah dilemahkan, atau komponen dari virus atau bakteri tersebut ke tubuh, dengan tujuan memicu pembentukan kekebalan tubuh terhadap antigen tersebut.
Imunisasi telah terbukti sebagai bentuk pencegahan penyakit yang paling efektif dan efisien, sehingga diterapkan oleh semua bangsa di dunia. Agar kita lebih mudah memahami tentang vaksin dan efektivitasnya, ada baiknya kita mempelajari lebih dahulu mengenai kerja sistem kekebalan tubuh. 

Sistem kekebalan tubuh secara umum dapat dibagi menjadi yang spesifik dan non-spesifik. Sistem kekebalan tubuh yang non-spesifik, tidak menarget antigen atau benda asing tertentu. Yang termasuk ke dalam sistem kekebalan tubuh non-spesifik di antaranya meliputi sel-sel jaringan tubuh dan berbagai produk sel. Contohnya, sel-sel lapisan kulit, yang mencegah masuknya virus atau bakteri, atau sel-sel kekebalan tubuh yang memang kerjanya non-spesifik.
Jadi, begitu ada antigen, misalnya virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh non-spesifik akan langsung bereaksi, dan berusaha menyingkirkan antigen tersebut. Apabila sistem kekebalan tubuh non-spesifik ini berhasil menyingkirkan antigen, maka sistem kekebalan tubuh spesifik tidak perlu terlibat. 

Sementara, sistem kekebalan tubuh spesifik, menarget antigen tertentu. Contohnya adalah antibodi spesifik. Kerjanya jauh lebih efektif karena masing-masing sel dalam sistem kekebalan tubuh spesifik memiliki peran dan target masing-masing. Antibodi untuk virus campak, misalnya, dapat dengan cepat mengenali virus campak dan memicu produksi lebih banyak lagi antibodi campak untuk menyingkirkan virus campak.
Analoginya, sistem kekebalan tubuh non-spesifik itu seperti satpam atau hansip, yang jumlahnya banyak, namun jobdesc-nya tidak spesifik. Begitu ada yang mencurigakan, langsung diringkus. Sementara, sistem kekebalan tubuh spesifik itu seperti Densus 88, yang lebih terlatih dalam mengenali teroris dan menanganinya dengan teknik-teknik yang lebih khusus dan canggih. 

Berbagai penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri membutuhkan sistem kekebalan tubuh yang spesifik ini agar dapat sembuh. Namun, seringkali karena satu dan lain hal, sistem kekebalan tubuh spesifik tidak dapat memberikan respon secara cepat atau kuat, sehingga infeksi meluas dan menimbulkan penyakit yang berat atau bahkan kematian. 

Dsinilah peran imunisasi. Saat kita memperkenalkan antigen yang telah dilemahkan, atau komponen dari antigen tersebut, maka sistem kekebalan tubuh akan terpicu untuk memproduksi antibodi yang spesifik, dan dapat bertahan untuk waktu yang lama. Sehingga, apabila terjadi infeksi yang sesungguhnya, sistem kekebalan tubuh akan dengan cepat mengenali dan mengatasi infeksi tersebut.
Analoginya, dengan memberikan latihan simulasi terhadap anggota-anggota tentara ataupun Densus 88, maka mereka akan dapat beraksi dengan cepat dan efektif saat ada serangan yang sesungguhnya. 

2. Apa manfaat imunisasi bagi kesehatan?


Bukti bahwa imunisasi telah berhasil menurunkan angka kejadian penyakit dapat diperoleh di berbagai jurnal dari berbagai negara. Sebagai contoh, penyakit cacar atau smallpox, yang angka kejadiannya di Amerika Serikat 29.000 per tahun di awal abad 20, tidak lagi ditemukan saat ini. Penyakit ini secara resmi telah dinyatakan hilang dari muka bumi, karena program imunisasi cacar atau smallpox yang berhasil. Apabila suatu penyakit telah dinyatakan resmi menghilang atau tereradikasi, maka tidak lagi diperlukan imunisasi untuk penyakit tersebut. 

Contoh lain dari data di Amerika Serikat (karena kebetulan sistem kesehatan di sana sudah maju dan selalu mengumpulkan data dengan lengkap), membandingkan angka kejadian dari awal abad 20 dengan tahun 2013, adalah difteri, dari 21.000 kasus menjadi 0, pertusis dari 200.000 menjadi 28.000, polio dari 16.000 menjadi 1, campak dari 530.000 menjadi 187, rubella dari 47.000 menjadi 9, dan seterusnya.
Di berbagai negara termasuk Indonesia pun kondisinya sama, angka kejadian seluruh penyakit -penyakit tersebut turun drastis sejak diterapkannya program imunisasi. 

Tidak semua penyakit sudah ada vaksinnya, akan tetapi dengan kemajuan teknologi maka semakin banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Mungkin ada sebagian orang berkata, mengapa semakin banyak saja jenis vaksin. Apakah semakin banyak penyakit yang muncul saat ini? Atau justru ada teori konspirasi yang mengatakan bahwa karena semakin banyak vaksin maka semakin banyak penyakit yang muncul. Tentu anggapan-anggapan tersebut tidak benar. 

Faktanya adalah, penyakit-penyakit tersebut sudah ada sejak dulu, namun vaksinnya baru bisa kita temukan dan buat seiring dengan kemajuan teknologi. Maka, dengan semakin banyaknya vaksin yang ditemukan, semakin banyak penyakit yang bisa dicegah atau bahkan di masa depan dieradikasi atau dihilangkan. 

3. Bagaimana sebaiknya pelaksanaan imunisasi di masa pandemi? 


Rekomendasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi tetap diberikan sesuai jadwal, terutama untuk yang berusia di bawah 18 bulan.
Penundaan atau tidak diberikannya imunisasi dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit pada bayi dan anak, seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, hepatitis B, dan lain-lain. 

Namun, dalam melaksanakan imunisasi, ada panduan dari IDAI yang harus diingat moms.

1. Pengaturan jadwal kedatangan agar tidak banyak anak maupun orangtua berkumpul terlalu lama.

2. Ada proses skrining saat masuk rumah sakit atau lokasi imunisasi untuk menanyakan apakah ada gejala atau kontak dengan individu yang terdiagnosis COVID-19, untuk dipisahkan dan ditangani khusus.

3. Dilakukan pemisahan anak sakit dan sehat, misalnya di poliklinik yang berbeda atau hari yang berbeda, sehingga tidak ada interaksi antara anak yang sakit dengan yang sehat.

4. Dilakukan pengaturan jarak selama proses menunggu, sehingga antar anak atau pengantar satu sama lain tetap berjarak minimal 1,5 hingga 2 meter.

5. Disediakan hand sanitizer atau area cuci tangan, sehingga anak dan pengantar bisa membersihkan tangan saat datang dan meninggalkan rumah sakit atau lokasi imunisasi.

Lokasi imunisasi yang lebih kecil (praktik pribadi, klinik) tidak menjamin risiko lebih rendah dibanding rumah sakit atau puskesmas.
Jadi yang terpenting, orangtua harus aktif mencari informasi apakah lokasi imunisasi sudah menerapkan panduan-panduan IDAI tersebut.
Apabila sudah dilaksanakan, maka jangan ragu untuk segera melengkapi imunisasi sesuai jadwal. 

Mungkin sedikit menambahkan mengenai COVID-19 pada anak.
Data berbagai negara hingga saat ini menunjukkan hanya 1-5% dari seluruh kasus COVID-19 yang terjadinya pada populasi anak (kurang dari 18 tahun).
Dari seluruh kasus pada anak tersebut, 90% masuk dalam kategori tidak bergejala, bergejala ringan, atau bergejala sedang, dan sembuh dalam 1 -2 minggu.
Yang harus diketahui adalahm ternyata penularan paling sering ke anak adalah dari anggota keluarga, mencapai 75%. 

Jadi, kita harus tetap waspada, mengurangi aktivitas di luar rumah, rajin mencuci tangan, dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, untuk mencegah penularan virus ke anak-anak. 




Luar biasa ya ilmunya moms. Jujur aja sebelum saya mengikuti kulwap ini saya agak was-was ya untuk imunisasi, pasalnya Rissa sudah 1 tahun, tapi imunisasi dasar ada yang belum lengkap. Terus saya bingung, saya harus tanya ke siapa ya? Sementara dokter anak-anak gak bisa diajak konsultasi 😕

Alhamdulillah ada Orami Community ini. Jadi semua permasalahan bisa langsung terjawab. Langkah-langkah apa yang harus saya ambil, jika saya ingin imunisasi di tengah pandemi ini.


Comments

Contact Form

Name

Email *

Message *