Mommies, kalau pernah baca postingan saya sebelumnya tentang Narend ke Dokter Tumbuh Kembang Anak, nah mungkin artikel ini adalah sebagai bukti nyata bahwa Narend saya sekolahkan untuk menunjang tumbuh kembangnya.
Memilih sekolah untuk anak ternyata gampang-gampang susah. Apalagi menyatukan dua buah pikiran antara saya dan suami. Tadinya mau asal aja milih sekolah yang mana ajalah, yang penting sekolah. Tapi setelah saya flash back bahwa memilih sekolah itu penuh pertimbangan yang akurat.
Dari beberapa teori yang saya baca serta pemikiran saya pribadi sebagai orangtua pertimbangan memilih sekolah adalah :
1. Lokasi
Ini penting banget mommies. Saya dan suami pernah berdiskusi, bahwa nanti seandainya Narend sekolah, kami akan memilihkan sekolah yang terbaik. Kalau perlu termahal sekalian. Tapi ternyata setelah kami perhitungkan jarak sekolah dengan lokasi rumah itu jauh! Mungkin ada kali sekitar 5 km. Dan itu saya harus menggunakan mobil atau motor untuk mencapai ke lokasi sekolah itu.
Akhirnya kami mencari alternatif lain. Duh, dimana ya Narend bersekolah? Sementara kami punya PR dari dokter perkembangan Narend bahwa Narend harus sesegera mungkin bersekolah. Akhirnya kami menyekolahkan Narend yang lokasinya gak jauh dari rumah, cuma sekitar 200m. Alhamdulillah ada :) dan gak perlu jauh-jauh.
2. Biaya
Ternyata sekolah sekarang mahal-mahal ya. Di dekat rumah ada 2 sekolah yang bagus, yaitu Kiwi Pre-School dan Kidea. Setelah tanya-tanya ke saudara and temen, ternyata dua sekolah itu memang favorit dab bagus. Uang DP (masuknya) aja 9juta. Waktu itu saya dapet harga di 4.5juta waktu masih promo. Itupun saya masih shock berat. Dalam waktu dekat saya harus nyiapin 9juta?? Dan itu gak termasuk uang bulanan. Uang bulanannya berapa gitu saya lupa. Yang pasti seharga biaya beli sembako :(
Akhirnya karena mahal banget, terpaksa kami batal memasukkan Narend ke kedua sekolah tersebut. Ternyata biaya itu sangat mempengaruhi keputusan kita memilih sekolah untuk anak ya.
3. Lingkungan
Selain lokasi dan biaya, lingkungan juga penting buat saya. Karena saya gak mau Narend bercampur sama anak-anak yang gak jelas asal usulnya. Karena prinsip saya sekolah sih bisa dimana aja, selama dia belum masuk TK atau SD, tapi jangan mengorbankan lingkungan juga.
Lumayan lama juga saya memilih satu sekolah ini. Sekitar 2 bulanan kalau gak salah. Saya amati lokasinya, amati aktivitas guru-guru dan anak-anaknya disana. Setelah oke, baru saya dan suami memutuskan untuk Narend sekolah disana.
4. Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah juga menjadi faktor penting, saya lihat apakah di sekolah itu ada tempat bermain atau tidak. Lalu kotor atau terawat atau tidak. Selain itu ada toiletnya atau tidak. Dan sebagainya.
Cerita Di Balik Hari Pertama Narend Sekolah
Hari Pertama Sekolah berlalu dengan sukses. Narendpun ikut-ikutan hore-hore bareng temen-temen sebayanya di kelas. Terus pulang ke rumah sekitar selepas maghrib, saya lihat hidung Narend meler parah. Padahal tadi pagi sampai sore Narend gak apa-apa. Sehat walafiat. Lalu saya biarkan sampai jam tidur. Ternyata ia tidur lebih cepat dari jam biasanya. Biasanya ia tidur jam 12an, kali ini jam 10an dia sudah menguap. Dan menguapnya juga lebih dari 1x. Kalau nguap sudah lebih dai 1x itu berarti dia ngantuk beneran.
Akhirnya ia tertidur sekitar jam 10.30an, dengan kondisi hidung meler abis. Tapi sebelum dia tidur sih saya tetesi Breathy dulu supaya hingusnya gak terlalu meler.
Hari Kedua Narend Sekolah
Keesokan harinya, pagi hari saya lihat hidung Narend masih meler parah. Hingusnya cair banget, dan badannya anget. Saya bingung antara Narend tetap bersekolah atau libur. Tapi karena jam sekolahnya hanya 1 jam, akhirnya saya memutuskan untuk tetap bersekolah.
Tapi pada saat sampai di sekolah, Narendnya malah di luar kelas, gak mau masuk, duh saya bingung. Kayaknya ini salah saya, saat berangkat sekolah tadi ia belum makan and belum minum. Akibatnya sampai di sekolah dengan kondisi yang mood kurang bagus. Atau mungkin juga karena kondisi badan yang kurang enak ditambah lagi kondisi ia belum makan.
Tips sebelum anak masuk sekolah, khusus usia anak balita nih, usahakan kondisi anak sudah siap menerima pelajaran 1 jam sebelum masuk kelas. Kalau bisa anak sudah sarapan di rumah. Jika belum, minimal anak sudah minum terlebih dahulu. Karena kalau gak akibatnya seperti Narend yang uring-uringan gak jelas.
Soal Bangun Pagi
Nah, ini yang agak susah. Hari minggu Narend tidur jam 12an. Jam 7 pagi harus segera dibangunkan karena jam 8 masuk sekolah. Walaupun jarak sekolah dan rumah itu dekat, minimal datang ke sekolah untuk hari pertama itu gak telat. Agak susah juga bangunin dia, karena tidurnya malam. Tapi karena dia sekolah, setelahnya dia jadi cepat mengantuk karena aktivitas berlari-larian terus di sekolahnya.
Usia 2 tahun memang belum diwajibkan memasukkan anak kita yang berusia batita ke sekolah. Tapi melihat kondisi seperti Narend yang belum bisa berbicara dengan lancar, sedangkan teman-teman sebayanya sudah bisa berbicara, memasukkan ke sekolah menjadi salah satu solusi. Selain itu juga narend bukan hanya sekedar sekolah biasa, tapi saya masukkan ke kelas Theraphy.
Jadi kami memasukkan Narend ke sekolah bukan buat gaya-gayaan atau pencitraan kayak artis-artis gitu, tapi kepada supaya Narend punya teman untuk bisa bersosialisasi. Lalu yang kedua, sebagai rangkaian proses theraphy Narend. Di usianya 2 tahun 5 bulan sekarang, Narend sama sekali belum bisa bicara untuk 1 kalimat. Ahhh semoga aja deh ini menjadi solusi untuk kami! *pray*
4. Fasilitas Sekolah
Fasilitas sekolah juga menjadi faktor penting, saya lihat apakah di sekolah itu ada tempat bermain atau tidak. Lalu kotor atau terawat atau tidak. Selain itu ada toiletnya atau tidak. Dan sebagainya.
Orangtua dan guru partner
Orangtua bukan klien
Anak belajar menghargai sekolah dan gurunya
Cerita Di Balik Hari Pertama Narend Sekolah
Hari Pertama Sekolah berlalu dengan sukses. Narendpun ikut-ikutan hore-hore bareng temen-temen sebayanya di kelas. Terus pulang ke rumah sekitar selepas maghrib, saya lihat hidung Narend meler parah. Padahal tadi pagi sampai sore Narend gak apa-apa. Sehat walafiat. Lalu saya biarkan sampai jam tidur. Ternyata ia tidur lebih cepat dari jam biasanya. Biasanya ia tidur jam 12an, kali ini jam 10an dia sudah menguap. Dan menguapnya juga lebih dari 1x. Kalau nguap sudah lebih dai 1x itu berarti dia ngantuk beneran.
Akhirnya ia tertidur sekitar jam 10.30an, dengan kondisi hidung meler abis. Tapi sebelum dia tidur sih saya tetesi Breathy dulu supaya hingusnya gak terlalu meler.
Hari Kedua Narend Sekolah
Keesokan harinya, pagi hari saya lihat hidung Narend masih meler parah. Hingusnya cair banget, dan badannya anget. Saya bingung antara Narend tetap bersekolah atau libur. Tapi karena jam sekolahnya hanya 1 jam, akhirnya saya memutuskan untuk tetap bersekolah.
Tapi pada saat sampai di sekolah, Narendnya malah di luar kelas, gak mau masuk, duh saya bingung. Kayaknya ini salah saya, saat berangkat sekolah tadi ia belum makan and belum minum. Akibatnya sampai di sekolah dengan kondisi yang mood kurang bagus. Atau mungkin juga karena kondisi badan yang kurang enak ditambah lagi kondisi ia belum makan.
Tips sebelum anak masuk sekolah, khusus usia anak balita nih, usahakan kondisi anak sudah siap menerima pelajaran 1 jam sebelum masuk kelas. Kalau bisa anak sudah sarapan di rumah. Jika belum, minimal anak sudah minum terlebih dahulu. Karena kalau gak akibatnya seperti Narend yang uring-uringan gak jelas.
Soal Bangun Pagi
Nah, ini yang agak susah. Hari minggu Narend tidur jam 12an. Jam 7 pagi harus segera dibangunkan karena jam 8 masuk sekolah. Walaupun jarak sekolah dan rumah itu dekat, minimal datang ke sekolah untuk hari pertama itu gak telat. Agak susah juga bangunin dia, karena tidurnya malam. Tapi karena dia sekolah, setelahnya dia jadi cepat mengantuk karena aktivitas berlari-larian terus di sekolahnya.
Usia 2 tahun memang belum diwajibkan memasukkan anak kita yang berusia batita ke sekolah. Tapi melihat kondisi seperti Narend yang belum bisa berbicara dengan lancar, sedangkan teman-teman sebayanya sudah bisa berbicara, memasukkan ke sekolah menjadi salah satu solusi. Selain itu juga narend bukan hanya sekedar sekolah biasa, tapi saya masukkan ke kelas Theraphy.
Jadi kami memasukkan Narend ke sekolah bukan buat gaya-gayaan atau pencitraan kayak artis-artis gitu, tapi kepada supaya Narend punya teman untuk bisa bersosialisasi. Lalu yang kedua, sebagai rangkaian proses theraphy Narend. Di usianya 2 tahun 5 bulan sekarang, Narend sama sekali belum bisa bicara untuk 1 kalimat. Ahhh semoga aja deh ini menjadi solusi untuk kami! *pray*
Comments
Post a Comment